Kisah seorang peneliti Belanda Jan Cartensz, tahun 1623 mengejutkan orang-orang Eropa. Bahwa ia melihat gletser dan salju di sebuah puncak gunung Papua yang terletak pada garis Khatulistiwa. Nama Cartensz pun di abadikan sebagai nama puncak ini. Namun kini setelah 387 tahun, gletser Puncak Jaya itu bakal sirna 4-5 tahun lagi, karena perubahan iklim yang sangat ekstrem sejak tahun 1970an. Perubahan iklim sejak tahun 1970 an ini tidak hanya menyusutkan gletser di puncak jaya tapi juga di zona-zona lain.
Kisah hampir serupa juga datang dari glacilog Lonnie Thompson asal Ohio University, Amerika Serikat. Pertengahn Juni 2010 ia memimpin proyek penelitian pengeboran inti es Papua 2010 yang dilakukan atas kerja sama Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dengan Byrd Polar Research Center (BPRC) The Ohio State University, beranggotakan sejumlah peneliti dari Amerika Serikat, Rusia, Prancis dan Indonesia.
Thompson mengebor bongkahan es di puncak Jaya 4.884 meter. Puncak jaya adalah gunung tertinggi di Ocenia dan satu-satunya tempat di kawasan Asia Pasifik Tropis dengan es gletser yang dapat dipelajari oleh para ahli untuk melihat bagaimana iklim berubah selama berabad-abad. Usai mengobar bongkahan es Thompson melihat bahwa gletser di Puncak Jaya sekarat” these Glacier are dying” (reuters,2010)
Satu gletser adalah massa es yang bertahun-tahun bergerak di atas tanah. Satu gletser terbentuk pada wilayah yang akumulasi massa salju es melebihi ablasi selama bertahun-tahun. Kata gletser berasal dari bahasa latin Glacia atau glacies yang berarti es.
Es gletser adalah reservoir air segar di daratan, selain lautan sebagai reservoir terbesar air. Gletser adalah indicator iklim, perubahan permukaan laut dan menjadi sumber air. Gletser ada pada sekitar 47 negara seperti di Antartika, Patagonia Cile, Kanada, Alaska, Greenland, dan Iceland. Geletser di puncak gunung terdapat di Andes, Himalaya, rocky Mountains, Caucasus, dan Alpen.
Salju Puncak Jaya dapat dicapai peneliti Belanda Hendrik Albert Lorentz tahun 1909. Ia dipandu oleh penunjuk jalan asal dayak Kenyah, Apo Kayan, Kalimantan. Sejak itu sampai tahun 1962, tidak ada ekspedisi ke Puncak Jaya, kecuali ekspedisi yang dipimpin oleh ahli pendaki gunung asal Austria, Heinrich Harrer, bersama rekannya Temple, Kippax dan Huizenga.
Meskipun tidak ada es di puncak Jaya, namun ada beberapa gletser di lerengnya seperti Cartensz Glacier dan Northwall Firn. Letaknya di garis khatulistiwa dengan sedikit variasi suhu rata-rata pertahuan sekitar 0,5 derajat celcius sedangkan gletsernya berubah musiman.
Hasil analisis catatan sejarah gletser yang langka di garis khatulistiwa ini menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan besar gletser puncak Jaya sejak tahun 1850. Gletser di puncak Trikora Gunung Maoke sirna natara tahun 1936-1962. Sejak tahun 1970an data image satellite menunjukkan bahwa gletser Puncak Jaya mencair sangat cepat. Gletser Leren Mencair antara tahun 1994-2000.
Kelompok peneliti pimpinan Lonnie Thompson selama 13 hari tinggal di tiga titik gletser yang masih ada di Papua yaitu gletser Cartensz, E.Nortwall Firs dan W.Northwall Firs yang hampir habis atau hilang.Menurut pengakuan Lonnie Thompson, selama 13 hari berada di kawasan gletser Papua, gletser setempat mengalami penurunan sekitar 30 centimeter. Ia memperkirakan, setiap tahun gletser Papua hilang beberapa meter.
Lonnie Thompson mengatakan, proses pencairan es pada gletser Papua sangat cepat akibat dari faktor iklim, di mana setiap hari di kawasan itu selalu turun hujan.
"Benar kalau gletser di sini kemungkinan akan cepat habis karena setiap hari turun hujan. Hujan merupakan salah satu faktor cuaca yang paling cepat menghabiskan gletser," katanya.
Selama berada di kawasan gletser Papua, Lonnie dan rekan-rekannya mengambil sampel 88 meter Ice Core dengan mengebor enam inti es sampai dasar es, lalu dipotong-potong menjadi satu meter dan dimasukan ke dalam freezer untuk diteliti lebih lanjut di Ohio State University Amerika Serikat.
Thompson telah memimpin 57 misi riset gletser pada 16 negara dari Cina sampai Peru. Namun gletser di Puncak Jaya, sangt istimewa baginya. Karena gletser ini berada sepanjang tepi lautan pasifik yang paling panas di dunia dan dapat member petunjuk tentang pola cuaca kawasn yang merupakan misiing link yang belum dipelajari. Dari kawasn inilah asal badai elnino, pemanasn periodic di timur dan tengah pasifik dapat bergerak ke Asia Tenggara dan Australia sehingga mempengaruhi musim Glester puncak Jaya adalah satu-satunya arsip tentang kisah fenomena khatulistiwa. Es penutup sebagian besar puncak Jaya ribuan tahun silam, kini hanya seluas 1 mil persegi laurnya dan 32 yar kedalamannya. Gletser dunia telah menyusut sepanjang Alaska, Alpen, Andes dan zona lainnya.
Sample es yang di ambil dikirim ke gudang dingin di Columbus, Ohio. Ahli gletser akan menganalisa lapisan-lapisan e situ. Serpihan debu yang jatuh musiman memudahkan peneliti menghitung tahun-tahun. Isotop-isotop oksigen yang terperangkap di lapisan es membantu peneliti memamhami cuaca. Tim Thompson berharap dapat m menemukan abu vulkanik dari letusan gunung Karakatau dan gunung Tambora.
yeli sarvina dari berbagai sumber,
1. www. antaranews.com
2. Fierra setyawan, M.Si. Research Program on Puncak Jaya ice Core Climate History: Premilinary result, disampaikan dalam International Symposium on equatorial Monson System 28-29 Juli 2010
3. Dinas Kehutanan Papua
http://unikboss.blogspot.com/2010/10/melihat-perubahan-iklim-dari-puncak.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar